Jumat, 13 Januari 2012

Dejavu








Pernahkan anda mengunjungi sebuah rumah untuk pertama kalinya dan tiba<br />





 


 
Pernahkan anda mengunjungi
sebuah rumah untuk pertama kalinya dan tiba-tiba anda merasa familiar dengan
rumah tersebut? Atau pernahkah anda berada dalam suatu peristiwa ketika
tiba-tiba anda merasa bahwa anda sudah mengalaminya walaupun anda tidak dapat
mengingat kapan terjadinya? itulah deja vu, salah satu fenomena misterius
dalam kehidupan manusia.


 
Suatu hari, kalimat di atas masuk ke kotak
komentar di blog ini. Walaupun kalimat itu terdengar menakutkan dan misterius,
tapi untuk kasus ini sepertinya saya punya jawabannya. Inilah yang disebut
deja vu.


 


 
Banyak dari kita yang sudah pernah mendengar
kata ini, tapi mungkin hanya sedikit yang mengetahui artinya.




 
Definisi Deja
Vu :


Deja vu berasal dari kata Perancis yang berarti "telah
melihat
". Kata ini mempunyai beberapa turunan dan variasi seperti
deja vecu (telah mengalami),
deja senti (telah memikirkan) dan
deja visite (telah mengunjungi). 
Nama Deja Vu ini pertama kali digunakan oleh
seorang ilmuwan Perancis bernama Emile Boirac yang mempelajari fenomena ini
tahun pada 1876.
Selain deja vu, ada lagi kata Perancis yang
merupakan lawan dari deja vu, yaitu Jamais Vu,
yang artinya "tidak pernah melihat".
Fenomena ini muncul ketika seseorang untuk sementara waktu tidak dapat
mengingat atau mengenali peristiwa atau orang yang sudah pernah dikenal
sebelumnya.
 

Sebelum kita melihat mengenai deja vu, pertama,
kita perlu mengetahui apa yang disebut dengan "Recognition
Memory
", atau memori pengenal.




 
Recognition Memory
 

Recognition Memory adalah sebuah jenis memori yang menyebabkan kita menyadari
bahwa apa yang kita alami sekarang sebenarnya sudah pernah kita alami
sebelumnya.



Otak kita berfluktuasi antara dua jenis Recognition Memory, yaitu
Recollection dan
Familiarity. Kita menyebut sebuah
ingatan sebagai Recollection (pengumpulan kembali) jika kita bisa menyebutkan
dengan tepat seketika itu juga kapan situasi yang kita alami pernah muncul
sebelumnya. 
Contoh, jika kita bertemu dengan seseorang di
toko, maka dengan segera kita menyadari bahwa kita sudah pernah melihatnya
sebelumnya di bus.



Sedangkan ingatan yang disebut Familiarity muncul ketika kita tidak bisa
menyebut dengan pasti kapan kita melihat pria tersebut.
Deja Vu adalah contoh Familiarity.



Selama terjadi Deja Vu, kita mengenali situasi
yang sedang kita hadapi, namun kita tidak tahu dimana dan kapan kita pernah
menghadapinya sebelumnya.




Percaya atau tidak, 60 sampai 70 persen manusia di bumi ini paling tidak
pernah mengalami deja vu minimal sekali, apakah itu berupa pandangan, suara,
rasa atau bau. Jadi, jika anda sering mengalami deja vu, jelas anda tidak
sendirian di dunia ini.




 
Teori-Teori Deja Vu


 


   Sigmund Freud
Walaupun Emile Boirac sudah meneliti fenomena
ini sejak tahun 1876, namun ia tidak pernah secara tuntas menyelesaikan
penelitiannya. 
Karena itu, banyak peneliti telah mencoba untuk
memahami fenomena ini sehingga akhirnya kita mendapatkan Paling tidak 40 teori
yang berbeda mengenai deja vu, mulai dari peristiwa paranormal hingga gangguan
syaraf.



Pada tulisan ini, tidak mungkin saya membahas 40 teori tersebut satu persatu.
Jadi saya akan memilih beberapa teori yang saya anggap perlu diketahui. 
Pertama, saya akan mulai dari teori psikolog
legendaris, Sigmund Freud. Tapi sebelum
itu, saya ingin menunjukkan kepada kalian sebuah gambar yang sangat terkenal.
Ini dia :

Foto di atas adalah foto ilustrasi "Puncak
gunung es
" yang terkenal. Para ahli "otak" sering menggunakan ilustrasi
di atas untuk menunjukkan seperti apa pikiran kita yang sebenarnya.
Permukaan air adalah batas kesadaran kita.

Pikiran Sadar
kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut
.
Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan
raksasa yang ada di dalam laut.




Menurut mereka, sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima
tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan. Hanya
sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau
sadari. Prinsip ini adalah kunci penting untuk memahami Deja Vu. 


 
Gangguan akses memori

  
      


Emile Boirac 
Sigmund Freud yang sering dijuluki sebagai
bapak psikoanalisa pernah meneliti mengenai fenomena ini dan ia percaya bahwa
seseorang akan mengalami Deja Vu ketika ia secara spontan teringat dengan
sebuah ingatan bawah sadar. 
Karena ingatan itu berada pada area bawah sadar,
isi ingatan tersebut tidak muncul karena dihalangi oleh pikiran sadar, namun
perasaan familiar tersebut bocor keluar.



Teori Freud ini terbukti menjadi landasan bagi teori-teori yang muncul
berikutnya.
Subliminal berasal dari kata latin, yaitu "sub"
dan "Limin atau
Limen
". "Sub" berarti bawah, sedangkan "Limin" berarti ambang batas.
Dalam artian psikologi, subliminal berarti beroperasi dibawah sadar.

 

Lagi-lagi berhubungan dengan bawah sadar.
Maksud saya memperkenalkan kata ini adalah untuk memahami teori di bawah ini.



 
Perhatian yang terpecah - teori ponsel


Seorang peneliti bernama Dr. Alan Brown pernah mengadakan eksperimen yang
diharapkan bisa menciptakan ulang proses deja vu. 
Dalam percobaannya, ia dan rekannya Elizabeth
Marsh memberikan sugesti subliminal kepada subjek penelitiannya.



 
      


Dr. Alan Brown
Mereka menunjukkan sekumpulan foto yang
menunjukkan lokasi-lokasi yang berbeda kepada sekelompok pelajar dengan maksud
bertanya kepada mereka mana yang dianggap paling familiar bagi mereka. 
Dalam percobaan ini, semua pelajar yang diuji
belum pernah mengunjungi lokasi-lokasi yang ada di foto tersebut.



Namun sebelum mereka menunjukkan foto-foto itu, terlebih dahulu mereka
menayangkan sebagian foto itu di layar dengan kecepatan subliminal sekitar 10
sampai 20 milidetik.

Kecepatan itu cukup bagi otak manusia untuk
menyimpan informasi itu di bawah sadar, namun tidak cukup bagi para pelajar
itu untuk menyadari dan menaruh perhatian padanya.

 

Dalam percobaan ini terbukti bahwa
lokasi-lokasi pada foto-foto yang sudah ditayangkan dengan kecepatan
subliminal dianggap paling familiar bagi para pelajar itu.



Eksperimen serupa pernah diadakan oleh Larry Jacobi dan Kevin Whitehouse dari
Washington University. Bedanya, mereka menggunakan sekumpulan kata-kata, bukan
foto. Namun hasil yang didapat sama dengan eksperimen Dr. Alan Brown.

 
 

Berdasarkan pada hasil eksperimennya, Dr. Alan
Brown kemudian mengajukan sebuah teori yang disebut sebagai teori ponsel (atau
perhatian yang terpecah).



Teori ini mengatakan bahwa ketika perhatian kita terpecah, maka, secara
subliminal, otak kita akan menyimpan informasi mengenai kondisi di sekeliling
kita namun tidak benar-benar menyadarinya. 
Ketika perhatian kita mulai fokus kembali, maka
segala informasi mengenai sekeliling kita yang tersimpan secara subliminal
akan "terpanggil" keluar sehingga kita merasa lebih familiar. 


 

Ini sama seperti bongkahan es di bawah
permukaan air yang naik ke atas permukaan. Contoh, jika kita memasuki sebuah
rumah sambil ngobrol dengan orang lain, maka perhatian kita tidak akan terpaku
kepada kondisi rumah itu, namun otak kita telah menyimpan informasi itu secara
subliminal di bawah sadar. 
Ketika kita selesai ngobrol, pikiran kita mulai
fokus dan informasi yang tersimpan di bawah sadar mulai muncul. Seketika itu
juga kita mulai merasa familiar dengan rumah itu.



Jadi, berdasarkan teori ini, deja vu tidak berhubungan dengan kejadian di masa
lalu yang telah berlangsung lama.




 
Memori dari sumber lain
 

Ada lagi teori yang lain. Teori ini percaya
bahwa otak kita menyimpan banyak memori yang datang dari berbagai aspek
kehidupan kita, seperti film yang kita tonton, gambar ataupun buku yang kita
baca. Informasi-informasi ini kita simpan tanpa kita sadari. 
Sejalan dengan lewatnya waktu, maka ketika kita
mengalami peristiwa yang mirip dengan informasi yang pernah kita simpan, maka
memori yang tersimpan di bawah sadar kita akan bangkit kembali.



Contoh, sewaktu kecil, mungkin kita pernah menonton sebuah film yang memiliki
adegan di sebuah tugu atau monumen. Ketika dewasa, kita mengunjungi tugu ini
dan tiba-tiba kita merasa familiar walaupun kita tidak ingat dengan film
tersebut.



Teori ini mirip dengan teori ponsel, tapi teori ini setuju bahwa deja vu
berhubungan dengan kejadian yang telah berlangsung lama di masa lampau.




 
Teori Pemrosesan Ganda (visi yang tertunda)
 

Dalam banyak hal, teori-teori mengenai penyebab
Deja Vu tidak berbeda jauh dari yang diajukan oleh Sigmund Freud. 
 
Namun seorang peneliti bernama Robert Efron
berusaha melihat lebih jauh kedalam mekanisme otak, bukan sekedar pikiran
sadar atau tidak sadar. Walaupun sangat teknikal, teori yang diajukannya
dianggap sebagai salah satu teori Deja Vu terbaik yang pernah ada.

 
 

 


 
Teori Efron ini berhubungan dengan bagaimana
cara otak kita menyimpan memori jangka panjang dan jangka pendek. Ia menguji
teori ini pada tahun 1963 di rumah sakit Veteran Boston. Menurutnya, respon
syaraf yang terlambat dapat menyebabkan deja vu. 
 
Hal ini disebabkan karena Informasi yang masuk
ke pusat pemrosesan di otak melewati lebih dari satu jalur.



Efron menemukan bahwa Lobus Temporal
dari otak bagian kiri bertanggung jawab untuk mensortir informasi yang masuk. 
 
ia juga menemukan bahwa Lobus Temporal ini
menerima informasi yang masuk dua kali dengan sedikit delay antara dua
transmisi tersebut.



Informasi yang masuk pertama kali langsung
menuju Lobus Temporal, sedangkan yang kedua kali mengambil jalan berputar
melewati otak sebelah kanan terlebih dahulu.




Jika delay yang terjadi sedikit lebih lama dari biasanya, maka otak akan
memberikan catatan waktu yang salah atas informasi tersebut dengan menganggap
informasi tersebut sebagai memori masa lalu.


Tapi jika kalian bertanya mengenai pendapat saya, maka saya rasa Sigmund Freud
telah memecahkan misterinya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar